GRESIK - Calon Bupati (Cabup) Gresik Fandi Akhmad Yani menemui Samini, seorang nenek yang hidup sebatang kara di Desa Tenaru, Kecamatan Driyorejo. Kondisi nenek itu sedang sakit.
Gus Yani mengaku prihati melihat kondisi perempuan berusia 80 tahun itu. Betapa tidak, nenek yang menderita penyakit diabetes itu jarang tersentuh bantuan dari pemerintah.
Menurut Gus Yani, harusnya pemerintah hadir ditengah kondisi masyarakatnya membutuhkan perhatian. Memberikan jaminan kesehatan dan seluruh kebutuhan sehari-harinya.
"Tentu kami sangat prihatin masih melihat warga di Gresik terlantar tanpa uluran tangan pemerintah", ujar Gus Yani, saat mengunjungi kediaman nenek Samini, Selasa (13/10/2020).
Mantan Ketua DPRD Gresik itu mengaku sangat prihatin. Mengingat APBD Kabupaten Gresik sangat besar. Namun, masih ada warga kurang mampu, tapi tidak diperhatikan.
"Jaminan kesehatan keluarga miskin dan lansia, kebutuhan hidupnya merupakan tanggung jawab negara. Tapi faktanya di lapangan tidak seperti itu," imbuh Cabup Gresik nomor 2 itu.
Gus Yani menganggap pemerintah selama ini tidak serius dalam memberikan perhatian kepada masyarakat. Khususnya, warga miskin, lansia.
Gresik yang dikenal sebagai Kabupaten Inklusi ternyata tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. "Banyak warga kurang mampu, lansia belum tersentuh bantuan apapun," imbuhnya.
Kedepan, jika paslon Niat terpilih memimpin Gresik periode 2021 - 2025 akan merealisasikan program PKH Inklusif. Program yang berpihak kepada warga kurang mampu, lansia dan disabilitas.
"Baik bantuan langsung tunai maupun dalam bentuk yang lain," pungkasnya.
Sementara keseharian nenek Samini hanya terbaring diatas tempat tidurnya. Dekat dengan jendela. Dia tidak bisa berjalan karena penyakit diabetes yang diderita cukup parah.
"Setiap hari saya yang mengirim makan dan membersihkan rumah nenek Samini," kata Suwati.
Suwati menjelaskan, Samini merupakan istri pamannya bernama Josari. Namun, pada Juli 2020 lalu pamannya meninggal dunia. Sehingga nenek Samini hidup sendirian.
"Kalau bantuan pernah berupa uang Rp 300 ribu dalam tiga bulan sekali. Tapi tidak rutin. Kalau sembako tidak pernah dapat," ungkap perempuan yang tingga satu desa itu.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Syaifuddin Anam |
Editor | : |
Komentar & Reaksi